Friday, September 2, 2016

MASYA ALLAH....!!!!!! SUNGGUH MENYEDIHKAN, TIGA BOCAH BERSAUDARA DI TINGGAL ORANG TUA,BEGINU PERJUANGANNYA UNTUK MAKAN,,,LIHAT SELENGKAPNYA DAN TOLONG BANTU SEBARKAN YA !!!!!



Tiga bersaudara dengan umur sama-sama belia, bahkan ada masihlah balita, mesti melakukan kerasnya kehidupan tanpa ada orang tua.

Mereka hidup bersama-sama dengan semua kekurangan dan jauh dari keramaian.

 (Hidup Kekurangan Tanpa ada Kasih Sayang, 3 Bocah Ini Rukun Bahkan Sekolah Bawa Adik)

Nasib I Nyoman Ariya (14), I Ketut Sana (12), serta I Wayan Sudirta (4, 5) mungkin saja tidak seberuntung anak-anak seusianya.

Di waktu anak-anak yang lain dapat menikmati hidup bersama-sama keluarga terkasih, Ariya serta adik-adiknya malah mesti kehilangan kasih sayang orang-tua.

Ariya, Sana, serta Sudirta ditinggal bapak dan ibunya.

Ayahnya, I Nyoman Koka, meninggal dunia lima th. lantas dikarenakan sakit. Sedang ibunya, Ni Wayan Sriyani, pilih untuk menikah lagi.

Adapun kakak tertuanya, I Nengah Santa, merantau ke Jembrana, Bali.

Mereka hidup bersama-sama di gubuk yang jauh dari keramaian, di dalam Bukit Puncak Sari, Dusun Darmaji, Desa Ban, Kecamatan Kubu, Karangasem.

Cuma dua ekor 4 njing penjaga rumah yang setia mendampinginya.

Waktu disambangi Tribun Bali di rumahnya, Kamis (1/9/2016), keadaan ketiga anak ini bikin hati terenyuh.

Mereka hidup serba kekurangan.

Keperluan pokok seperti beras, sekalipun ga ada didalam tempat tinggal serta dapurnya yang berdinding anyaman bambu.

Yang terlihat didalam rumah dan dapur cuma debu, serta baju sisa bergelantungan.

Cubang (tempat untuk menyimpan air hujan) untuk minum juga minim.

Bahkan juga korek api untuk menyalakan paon juga tidak ada.

Meskipun hidup serba kekurangan, tiga bocah ini tidak menyerah.

Untuk menjaga hidup, mereka mengusahakan mencari duit untuk biaya makan ataupun sekolah.

Ariya, yang sekarang ini terdaftar sebagai siswa kelas II SMP Yayasan PKBM Ekoturin di Dusun Darmaji, jadi tukang penek nyuh (panjat kelapa).

Dengan ketrampilannya ia memanjat pohon kelapa punya warga untuk menuai busung (janur).

Sedang Sana, siswa kelas VI SD di Desa Ban, meburuh jadi tukang sabit untuk berikan makan ternak punya keluarganya.

Kesibukan sambilan ini dikerjakan sehabis pulang sekolah.

Apabila tidak cukup mempunyai duit beli keperluan makan, mereka sangat terpaksa mengharapkan pemberian keluarga atau warga yang tinggal diatas Bukit Puncak Sari.

Itu juga jaraknya dua km..

Mereka mesti melalui jalan yang terjal dan berdebu dengan jalan kaki.

 " Bila miliki beras, saya tentukan masak sendiri dirumah. Bila tak ada, saya minta makan sama keluarga atau tetangga diatas (bukit), " papar Ariya, sambil memasak air dengan kayu bakar di paon ditemani si bungsu.

 " Kadangkala kakak saya, Nengah Santa, yang berikan duit. Dia kerja di Negara jadi tukang panen cengkih, ” lanjut Ariya, yang berperawakan kurus serta berfungsi sebagai " orang-tua " untuk adik-adiknya.

Sang paman, I Ketut Madia, mengakui ikut prihatin dengan nasib ketiga ponakannya.

Tetapi ia juga tidak bisa banyak berbuat.

 " Saat tidak ada makanan, mereka kerap pilih berdiam diri di rumah. Saya cuma dapat menolong berikan makan saja, " kata Madia.

Selama ini, kata Madia, belum ada pertolongan dari pemerintah daerah.

”Sudah dua th. lebih begini. Kasian mereka seluruhnya. Semoga ada pertolongan dari bupati atau gubernur, ” harapnya.



sumber : http://www.mediainformasiislam.net/2016/09/masya-allah-sungguh-menyedihkan-tiga.html

0 comments:

Post a Comment